Sabtu, 02 Maret 2013

Kekejaman tentara jepang


     Berdasarkan perundingan yang dilakukan antara tentara jepang dengan Sultan syarif Qasim II, penduduk kepulauan meranti hanya dijadikan pekerja kinrohosi (kerja bakti), bukan romusha. Para penduduk ini ditempatkan di berbagai daerah pedalaman sumatera. Namun, kabar yang diterima oleh penduduk kepulauan meranti menyebutkan bahwa kinrohosi mendapat perlakuan yang sama seperti romusha, mereka diperlakukan sewenang wenang dan dianggap sebagai tawanan perang.

     Kinrohosi ternyata tidak berbeda dengan romusha, hanya beda nama belaka. Penduduk selatpanjang dan sekitarnya dijadikan tenaga untuk kinrohosi bernasib sama dengan para romusha yang didatangkan dari pulau jawa. Mereka dibawa ke logas, siabu, rantau berangin, pantai raja dan beberapa daerah lain di sumatera. Banyak diantara kinrohoshi ini tidak kembali lagi ke kampung halaman.

     Para kinrohosi mendapat perlakuan diluar batas perikemanusiaan. Mereka sering dipukuli, bahkan disiksa tanpa sebab yang jelas. Banyak kinrihosi yang meninggal ketika dalam proses pembangunan suatu pekerjaan. Beberapa diantara mereka ada yang berusaha melarikan diri, namun tertangkap, disiksa dan akhirnya dibunuh.

    Jelas sudah, tentara jepang akhirnya menampak kan wajah asli mereka sebagai penjajah di negeri ini. Dalam urusan pemerintahan di selatpanjang, sistem “tangan besi” ala militer  juga berlaku. Pemukulan yang dilakukan tentara jepang terhadap penduduk sipil adalah pemandangan sehari hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar