kedatangan tentara jepang telah didengar oleh penduduk kepulauan meranti jauh sebelum mereka menginjak kan kaki ditempat ini. Berita yang diterima oleh penduduk kepulauan meranti tentang keberadaan jepang didominasi oleh kabar seputar kekejaman dan kejahatan perang. Oleh karena itu ketika tentara jepang datang ke kepulauan meranti mereka merasa perlu mengubah cara pandang penduduk setempat.
Upaya pertama yang dilakukan tentara
jepang diawal keberadaan nya di kepulauan meranti adalah meminimalisir
kekerasan terhadap penduduk. Jepang mengubah cara exploitasi besar
besaranterhadap kekayaan alam suatu daerah sebagai modal perang dengan
mendirikan suatu badan usaha perdagang supaya terkesan saling menguntungkan.
Berbagai perusahaan dagang akhirnya didirikan dikepulauan meranti, terutama
diselatpanjang, seperti ataka sangyo kabushiki kaisha, kaso kabushiki kaisa,
okura dan kumiai.
Tentara jepang berdalih bahwa alasan
mereka mendirikan berbagai badan usaha tersebut adalah sebagai langkah menuju
indonesia merdeka. Hal ini membuat kedatangan jepang mendapat sambutan yang
hangat dari para penduduk diberbagai daerah.
Kaso kabushiki kaisa adalah salah satu
badan usah milik jepang yang khusus menangani produksi dan pemasaran sagu.
Jepang memandang kaso sebagai sebuah badan usaha yag sangat menguntungkan untuk
dikembangkan diselatpanjang, sebab daerah ini dikenal sebagai penghasil sagu
dikawasan rantau melayu (riau dan semenanjung tanah melayu, malaya).
Diselatpanjang masa itu , gudang penyimpanan kaso terletak di persimpangan
antara jalan tebing tinggi dan jalan diponegoro.
Dalam perkembangan selanjutnya, kaso
kabushiki juga berencana untuk melebarkan sayap menjadi perusahaan yang
menangani produksi garam di selatpanjang. Kolam kolam beton segera dibangun
sebagai tambak produksi garam, sedangkan pabrik garam dibangun dijalan jawi
jawi. Namun, jepang belum sempat menuai keberhasilan dibidang usaha ini karena
mengalami kekalahan perang.
Pada masa jepang, kaso memproduksi sagu
sebagai upaya untuk menambah pendapatan jepang. Hal ini penting karena
pendapatan tersebut merupakan modal pasukan jepang untuk melakukan ekspansi ke
daerah daerah yang mereka duduki. Selain itu, kaso juga memberikan sumbangan
untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri, khususnya daerah daerah yang
mengkonsumsi sagu sebagai makan pokok. Selain memenuhi kebutuhan dalam negri,
produksi sagu melalui kaso telah direncanakan oleh pemerintah jepang sebagai
komoditas export.
Dampak lain dari produksi sagu pada waktu
itu adalah nama selatpanjang menjadi semakin dikenal di malay, bahkan sampai ke
jepang. Produksi sagu sebagai bahan baku berbagai macam produk terus diusahakn.
Tentara jepang terus mendirikan pabrik pabrik pengolahan sagu. Bahkan di
berbagai kampung banyak berdiri usaha kaso dalam mengolah sagu.
Di kampung banglas, tepatnya di dusun suak terdapat sebuah pabrik
pengolahan terbesar dirantau selatpanjang. Pabrik ini dikelola dengan manajemen
yang cukup baik. Tenaga buruh dipabrik ini adalah para pekerja paksa yang
didatangkan dari luar daerah dengan tambahan penduduk kampung banglas yang di
anggap sebagai tenaga ahli dalam bidang pengolahan sagu. Sedang tentara jepang
menjabat sebagai mandor pabrik.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar